Senin, 31 Agustus 2015

RESENSI NOVEL

Judul : SUJUD HATI DI UJUNG SUBUH
Pengarang :  Indah el Hafidz
Ukuran : 14x20cm
Tebal : 270 Hal
Terbit : Mei 2012
Penerbit : DIVA
By : Meidita Ruly Dawara


Kebahagiaan Hanifa kecil harus terenggut saat sang ibu yang begitu menyayanginya meninggal dunia. Disusul fakta mengejutkan bahwa ternyata kakaknya, Bintang, bukanlah saudara kandungnya. Sehingga, Hanifa harus merelakan sang kakak pergi bersama orang tua kandungnya di Malaysia. Sejak saat itu, Hanifa bertekad mengumpulkan uang agar dapat kembali Mas Bintang-nya itu . Dan kini, saat Hanifa menjelma wanita dewasa, ia kembali dihadapkan dengan kenyataan yang mengiris hatinya. Ternyata, sang kakak yang begitu dirindukannya telah lebih dulu menghadap Sang Khaliq. Walau kehadiran sosok lelaki berwajah persis Mas Bintang-nya sempat membuat Hanifa bisa kembali menikmati hidup, namun akhirnya ia harus melepas laki-laki itu pergi karena Sakura, adik tirinya, memendam perasaan yang sama dengannya. Di tengah keterpurukannya itu, datanglah seorang pengagum rahasia yang telah lama memendam rasa pada Hanifa. Allahu akbar,hari ini aku telah resmi menjadi sarjana pendidikan agama Islam.Ayah,Bunda,Kak­ Rafli,Sakura dan Mas Zacky menghadiri acara wisudaku di Solo,Jawa Tengah.Ayahku orang yang paling tidak kuasa menahan air mata,melihat air mata bangga menitik diwajah beliau kurangkul Ayahku.Aku sungguh bahagia tiada dapat kugambarkan betapa bahagia aku saat itu hal ini membuatku tak kuasa menahan air mata haru tiada henti-hentinya kuucapkan syukur ke hadirat yang Maha Esa sang pemilik Alam.


Di hari itu pula aku bersama Kei mengepak barang-barang.Aku akan menapak lembaran baru di Ngawi kan kutinggalkan semua kenangan indah di UMS.Biarlah masa lalu menjadi sepotong episode
yang  tak kan pernah terlupakan akan kufokuskan hidupku untuk mengajar disebuah madrasah ibtidaiyah dan mengurus adik-adik panti asuhan. Amanah Bunda untuk mengelola kafe tetap kujalani,aku juga tak boleh seenaknya mengurus kafe sebab tidak kurang dari sepuluh karyawan menggantungkan nasibnya dikafe tersebut.

Ngawi,13 September 2008

Sekarang aktivitasku setiap pagi mengajar di madrasah ibtidaiyah,pulang dari mengajar aku kan langsung melangkah kaki menuju panti asuhan.Disana aku mengajar anak-anak panti asuhan bersama para Ustadz dan Ustadzah.Aku malah lebih sering bermalam di panti asuhan bersama anak-anak panti agar dapat mencurahkan kasih sayang kepada mereka.
 hari ini Kak Rafli dan Kei melangsungkan ijab Qabul.Kadang aku tertawa jika melihat Kak Rafli dan Kei,mereka berdua sama-sama korban cinta bertepuk sebelah tangan sebab aku baru tahu jika ternyata selama ini Kak Rafli menyukai Maryam sementara Kei memang menyukai Razif sejak dulu.Meski demikian aku melihat bahwa mereka mampu menghadapi semua itu.Apa
yang dialami mereka bukan sesuatu yang kebetulan melainkan sesuatu yang  sudah tertulis.Dihari bahagia ini tiada pesta meriah untuk merayakan pernikahan Kak Rafli dan Kei melainkan hanya syukuran kecil-kecilan dg mengundang tetangga dekat.

Ayah memberi banyak nasihat pada Kak Rafli dan Kei agar hubungan mereka langgeng.Aku tahu mereka menikah bukan atas dasar cinta melainkan karena keinginan Bunda Laras.Entah mengapa akhir-akhir ini Bunda Laras mendesak Kak Rafli agar segera menikah.Bunda memberi pilihan pada Kak Rafli menikah dg Kei atau dg seorang gadis berjilbab
yang juga tinggal didesaku dan pilihan Kak Rafli jatuh pada Kei sahabatku meski dijodohkan aku percaya kebahagiaan akan selalu menyertai mereka.




Ngawi,16 September 2008

Baru 3 hari berlalu setelah pernikahan Kak Rafli dan Kei kesedihan kembali menimpa keluargaku.Saat kami sekeluarga sedang berkumpul diruang tengah,Mbok Tariyem berteriak histeris dari dapur.Dengan langkah cekatan kami menuju dapur. Dengan mata kepalaku sendiri kulihat Bunda Laras terkapar tak berdaya dilantai dapur.Badan Bunda Laras kaku dan bibirnya mengeluarkan busa
yang  berbau racun.Aku gemetar,aku tak kuat melihat Bunda Laras yang saat itu sudah sangat lemah. Cepat bawa Bunda ke rumah sakit!" Kata Kei dg panik.

Ayah dan Kak Rafli
yang tadi paling cepat melihat bagaimana keadaan Bunda segera berusaha menolong Bunda.Mereka berdua berusaha memindahkan Bunda dari dapur untuk dibawa kerumah sakit tapi sudah tidak ada harapan karena tidak lama kemudian Bunda terlihat sudah tidak bergerak.
"Bunda... Bunda jangan pergi," teriak Sakura sejadi-jadinya.
Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un,Bunda pergi sebelum sempat kami bawa kerumah sakit.
"Jika saja aku datang lebih cepat pasti Bunda dapat terselamatkan,sunggu­h bodoh diriku ini," ucap Kak Rafli dg penuh sesal.
"Kak,jangan seperti itu.Hidup mati seorang telah ditulis Yang Esa kita harus sabar Kak.Kei­manan seseorang bukan hanya perlu diucapkan tapi harus dibuktikan dg cara bersabar dalam menghadapi segala cobaan," nasihatku pada Kak Rafli. Aku berusaha kuat menerima kenyataan ini meski aku juga terpukul dengan  kepergian Bunda yang mendadak.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar